Dalam langkah signifikan untuk meningkatkan hubungan bilateral mereka, Kenya dan China baru-baru ini setuju untuk memperdalam kolaborasi mereka di bawah Belt and Road Initiative (BRI). Keputusan tersebut diambil karena kedua negara mengakui manfaat bersama dari penguatan kerja sama ekonomi dan infrastruktur.

Untuk Artikel Terlengkap Dan Seru Lainnya Ada Disini

Inisiatif Sabuk dan Jalan, yang diusulkan oleh China pada tahun 2013, bertujuan untuk menciptakan “Jalan Sutra” modern yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika melalui jaringan jalan, kereta api, pelabuhan, dan proyek infrastruktur lainnya. Ini berusaha untuk mempromosikan perdagangan, investasi, dan pertukaran budaya antar negara di sepanjang rute.

Keputusan untuk memperkuat kerja sama di bawah BRI dicapai dalam pertemuan antara Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dan Duta Besar Tiongkok untuk Kenya, Zhou Pingjian. Kedua pemimpin membahas berbagai bidang kerja sama, termasuk perdagangan, pembangunan infrastruktur, dan peluang investasi.

Kenya, yang berlokasi strategis di Afrika Timur, berfungsi sebagai pintu gerbang utama ke wilayah tersebut. Keikutsertaannya dalam Belt and Road Initiative diharapkan dapat meningkatkan konektivitas regional dan memfasilitasi perdagangan yang lebih besar antara Afrika dan Asia. Selain itu, ini memberikan peluang bagi Kenya untuk menarik investasi asing langsung dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Presiden Uhuru Kenyatta menyampaikan penghargaan atas dukungan China dan menekankan komitmen Kenya untuk meningkatkan kerja sama bilateral. Dia mengakui dampak positif BRI terhadap konektivitas dan pembangunan regional dan menekankan pentingnya memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara.

Duta Besar Zhou Pingjian menegaskan kembali komitmen China untuk mendukung tujuan pembangunan Kenya dan menyoroti potensi kerjasama lebih lanjut di bawah BRI. Dia memuji upaya Kenya dalam pembangunan infrastruktur dan menyatakan kesediaan China untuk memberikan keahlian teknis dan dukungan keuangan untuk proyek-proyek utama.

Salah satu proyek besar yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah Standard Gauge Railway (SGR) yang menghubungkan kota pelabuhan Mombasa ke Nairobi dan sekitarnya. Kereta api, yang dibangun dengan bantuan China, telah meningkatkan efisiensi transportasi secara signifikan dan mengurangi biaya pemindahan barang antara pelabuhan dan ibu kota.

Presiden Kenyatta memuji SGR sebagai proyek infrastruktur transformatif yang berdampak positif terhadap perekonomian Kenya. Dia menyatakan komitmen pemerintah untuk memperluas jaringan kereta api lebih jauh ke daerah lain di negara ini.

Selain pembangunan infrastruktur, kedua pemimpin juga membahas peluang peningkatan perdagangan antara Kenya dan China. Mereka menyadari potensi Kenya untuk mengekspor lebih banyak produk pertanian, produk hortikultura, dan barang lainnya ke pasar China.

Sebaliknya, China menyatakan minatnya untuk meningkatkan impor teh, kopi, dan produk pertanian Kenya lainnya. Kedua belah pihak sepakat untuk mencari cara untuk memfasilitasi perdagangan dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk keterlibatan bisnis.

Selain kerja sama ekonomi, Kenya dan China juga membahas peluang pertukaran budaya dan interaksi orang-ke-orang. Kedua negara berbagi sejarah persahabatan yang panjang, dan kedua pemimpin menyatakan komitmen mereka untuk meningkatkan ikatan budaya dan mempromosikan saling pengertian di antara rakyat mereka.

Penguatan kerja sama di bawah Belt and Road Initiative dipandang sebagai langkah positif untuk membina hubungan yang lebih dalam antara Kenya dan China. Ini menghadirkan peluang bagi kedua negara untuk memanfaatkan kekuatan masing-masing dan bekerja sama untuk saling menguntungkan.

Namun, BRI bukannya tanpa kritik. Beberapa telah menyuarakan keprihatinan tentang potensi beban utang yang mungkin dihadapi negara-negara peserta, karena China memberikan pinjaman untuk proyek infrastruktur. Kritikus berpendapat bahwa negara-negara perlu berhati-hati dan memastikan bahwa proyek layak secara ekonomi dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Presiden Kenyatta menekankan perlunya manajemen proyek dan utang yang transparan dan akuntabel. Dia menggarisbawahi pentingnya memastikan bahwa proyek berkontribusi pada tujuan pembangunan Kenya dan tidak menyebabkan tingkat utang yang tidak berkelanjutan.

China juga menanggapi kritik dengan menegaskan kembali komitmennya untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kerja sama berdasarkan saling menghormati dan menguntungkan. Pihak berwenang China telah menekankan pentingnya mematuhi standar internasional dalam pelaksanaan proyek dan memastikan bahwa proyek memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Saat Kenya dan China bergerak maju dengan kerja sama yang diperkuat di bawah Belt and Road Initiative, kedua negara diharapkan untuk terus terlibat dalam dialog terbuka dan mengatasi setiap tantangan yang mungkin muncul.